4 Karakter Utama Pendidikan di Jaman Kolonial Belanda
Pada masa Hindia Belanda Abad 10, terdapat 3 tingkatan atau jenjang sekolah seperti sekolah rendah, sekolah menengah, dan sekolah tinggi. Kalo pada saat sekarang tingkatan tersebut menjadi sekolah dasar, sekolah menengah pertama, lalu sekolah menengah atas.
Suasana sekolah di zaman penjajahan. (Foto: Istimewa/KITLV) |
Jalur sekolah untuk anak Belanda adalah Europese Lagere School (ELS) ke Lycea, HBS V, lalu ada HBS III. Dari sekolah Lycea dan HBS V dapat melanjutkan ke sekolah tinggi (THS, GHS, atau RHS).
Jalur sekolah bagi anak Belanda ini dapat juga dimasuki oleh anak Bumiputera dan juga Tionghoa yang terpilih.
Jalur sekolah untuk Bumiputera adalah HIS dengan lamanya pembelajaran adalah 7 tahun. Lalu setelah itu, mereka bisa melanjutkan ke tingkat lebih atas lagi yaitu MULO, AMS, atau ke sekolah kejuruan Eropa dan Kweekschool.
Bagi masyarakat keturunan Tionghoa biasanya mereka lebih memilih jalur HCS (Hollandsche Chineesche School) dengan bahasa pengantar Belanda.
Sekolah untuk Bumiputera rendahan sendiri adalah Sekolah Desa (Volkschool) dan Sekolah Kelas II (Tweede Inlandsche School).
Dari sekolah ini mereka dapat melanjutkan ke Schakel School (sekolah peralihan) agar dapat melanjutkan ke MULO, AMS, dan sekolah tinggi.
Berikut 4 Karakter Utama Pendidikan Pada Jaman Kolonial Belanda
1. Dualistis-diskriminatif
Sekolah dibedakan untuk anak pribumi, anak belanda dan tionghoa, juga berdasarkan bahasa pengantarnya:
2. Gradualis
Sistem sekolah dikembangkan sangat lamban, sehingga perlu seratus tahun lebih Indonesia memiliki sistem pendidikan yang lengkap dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.
3. Konkordansi
Kurikulum dan sistem ujian disamakan dengan sekolah di negri Belanda,
4. Pengawasan yang sangat ketat
Pendidikan telah memberi peluang kepada bangsa Indonesia untuk mengisi jabatan yang dahulunya khusus dicadangkan bagi "kasta" Eropa, dan secara perlahan mejadikan memiliki etos budaya yang ingin semakin dekat dengan budayanya orang-orang Belanda