Cara Investasi dan Jenisnya Buat Para Pebisnis Pemula
Sebelum kita bahas lebih lanjut cara berinvestasi dan jenis investasi untuk pemula, penting banget buat dipahami bahwa investasi itu artinya kita taruh duit kita ke berbagai macam aset buat jangka waktu tertentu.
Tujuannya? Bisa buat dapetin duit tambahan atau nambahin nilai duit kita. Pokoknya, investasi itu salah satu cara buat mencapai goal keuangan kita, gitu loh.
Setiap orang punya tujuan keuangan masing-masing, kan? Misalnya, orang yang umurnya 25 tahun pasti punya rencana dan impian yang beda sama yang umur 50 tahun.
Terus, investasi juga bisa dibedain berdasarkan jangka waktunya, ada yang jangka panjang, menengah, sampe jangka pendek. Dan tentu aja, beda jangka waktu berarti beda juga strategi dan instrumennya.
Setiap orang punya tujuan keuangan masing-masing, kan? Misalnya, orang yang umurnya 25 tahun pasti punya rencana dan impian yang beda sama yang umur 50 tahun.
Terus, investasi juga bisa dibedain berdasarkan jangka waktunya, ada yang jangka panjang, menengah, sampe jangka pendek. Dan tentu aja, beda jangka waktu berarti beda juga strategi dan instrumennya.
Cara Investasi Buat Pebisnis Pemula
Sebelum ke jenis investasi, terlebih dahulu kita bahas tentang bagaimana caranya berinvestasi. Gak ribet kok buat mulai investasi, apalagi di zaman digital kayak sekarang ini.
Informasi soal investasi atau riset pasar bisa Sobat dapatin dengan gampang banget. Tapi ya, investasi tetep gak bisa dilakuin asal-asalan.
Berikut cara investasi yang bener buat para pemula, biar bisa mencapai tujuan keuangan kita dengan baik.
Informasi soal investasi atau riset pasar bisa Sobat dapatin dengan gampang banget. Tapi ya, investasi tetep gak bisa dilakuin asal-asalan.
Berikut cara investasi yang bener buat para pemula, biar bisa mencapai tujuan keuangan kita dengan baik.
1. Mempunyai Dana Darurat
Sebelum mulai investasi, pastikan udah punya dana darurat yang cukup dan proteksi keuangan, kayak asuransi kesehatan gitu.
Rencanain keuangan buat masa depan itu emang penting banget. Tapi jangan lupain juga urusan-urusan yang harus diatasi sekarang.
Kalo gak punya dana darurat yang cukup, bisa repot nanti kalo kehilangan pendapatan gara-gara PHK atau masalah ekonomi yang gak pasti.
Belum lagi kalo gak ada asuransi kesehatan, bisa habis banyak duit kalo tiba-tiba harus berobat.
Rencanain keuangan buat masa depan itu emang penting banget. Tapi jangan lupain juga urusan-urusan yang harus diatasi sekarang.
Kalo gak punya dana darurat yang cukup, bisa repot nanti kalo kehilangan pendapatan gara-gara PHK atau masalah ekonomi yang gak pasti.
Belum lagi kalo gak ada asuransi kesehatan, bisa habis banyak duit kalo tiba-tiba harus berobat.
2. Menentukan Tujuan Keuangan
Pahami dulu apa aja tujuan keuangan yang pengen dicapai, baik buat jangka pendek, menengah, atau panjang.
Kalo tujuannya gak jelas, investasi akan jadi gak fokus dan nantinya gak bisa dihitung.
Setelah punya tujuan, tentuin juga berapa duit yang dibutuhkan buat ngejar tujuan itu. Baru deh bisa mulai proses investasi setelah tau pasti kebutuhannya.
Kalo tujuannya gak jelas, investasi akan jadi gak fokus dan nantinya gak bisa dihitung.
Setelah punya tujuan, tentuin juga berapa duit yang dibutuhkan buat ngejar tujuan itu. Baru deh bisa mulai proses investasi setelah tau pasti kebutuhannya.
3. Memahami Profil Resiko
Tiap instrumen investasi punya karakteristik beda-beda, dan tiap orang juga punya profil risiko yang berbeda. Profil risiko itu tergantung dari seberapa siap kita hadapi risiko pas lagi investasi.
Orang yang suka aman biasanya ngindarin investasi yang naik turunnya tinggi, sementara yang suka ambil risiko mau lebih berani karena pengen hasil yang gede.
Profil risiko juga bisa berubah lho, terutama kalo kita mulai ngerti lebih banyak soal investasi. Makin paham, makin siap kita hadapi risiko yang ada.
Orang yang suka aman biasanya ngindarin investasi yang naik turunnya tinggi, sementara yang suka ambil risiko mau lebih berani karena pengen hasil yang gede.
Profil risiko juga bisa berubah lho, terutama kalo kita mulai ngerti lebih banyak soal investasi. Makin paham, makin siap kita hadapi risiko yang ada.
4. Pahami Resiko Non-Sismatis dan Sismatis
Bila profil risiko memiliki tolak ukur berupa kondisi psikis sang investor, ada pula risiko investasi yang tidak boleh luput dari investor.
Dalam investasi, terdapat dua jenis risiko yaitu sistematis dan non-sistematis. Sistematis merupakan risiko yang sama sekali tak bisa dihindari dan diversifikasi, serta menyerang ke segala macam instrumen.
Risiko tersebut bisa berupa risiko pasar, perubahan tingkat suku bunga, dan inflasi. Sementara itu risiko non-sistemik dinyatakan sebagai risiko yang masih bisa dihindari dengan cara diversifikasi instrumen investasi.
Risiko tersebut antara lain adalah, risiko bisnis, risiko likuiditas, dan risiko tuntutan hukum.
Dalam investasi, terdapat dua jenis risiko yaitu sistematis dan non-sistematis. Sistematis merupakan risiko yang sama sekali tak bisa dihindari dan diversifikasi, serta menyerang ke segala macam instrumen.
Risiko tersebut bisa berupa risiko pasar, perubahan tingkat suku bunga, dan inflasi. Sementara itu risiko non-sistemik dinyatakan sebagai risiko yang masih bisa dihindari dengan cara diversifikasi instrumen investasi.
Risiko tersebut antara lain adalah, risiko bisnis, risiko likuiditas, dan risiko tuntutan hukum.
Jenis Investasi Menurut Tujuannya
1. Investasi Jenis Jangka Pendek
Investasi jangka pendek tuh biasanya cuma berlangsung sekitar kurang dari setahun sampe tiga tahun aja.
Misalnya, ada anak muda yang umurnya 25 tahun dan rencana nikah tiga tahun lagi. Nah, tentu aja dia butuh duit buat ngadain pesta pernikahan yang gak murah.
Buat dapetin duitnya, dia bisa banget berinvestasi tapi harus pilih instrumen yang stabil, likuid, dan bisa ngasilin pendapatan tetap.
Contohnya, dia bisa taro duitnya di deposito, reksadana pasar uang, atau surat utang negara jangka pendek. Nah, bisa gak ya dia investasi di saham buat hal ini? Bisa sih, tapi gak disarankan banget.
Soalnya, saham itu fluktuatif banget nilainya, terutama dalam waktu yang sebentar. Beli saham itu sama aja kayak beli bagian bisnis, dan pertumbuhan bisnis kan gak bisa dinilai dalam waktu singkat.
Misalnya, ada anak muda yang umurnya 25 tahun dan rencana nikah tiga tahun lagi. Nah, tentu aja dia butuh duit buat ngadain pesta pernikahan yang gak murah.
Buat dapetin duitnya, dia bisa banget berinvestasi tapi harus pilih instrumen yang stabil, likuid, dan bisa ngasilin pendapatan tetap.
Contohnya, dia bisa taro duitnya di deposito, reksadana pasar uang, atau surat utang negara jangka pendek. Nah, bisa gak ya dia investasi di saham buat hal ini? Bisa sih, tapi gak disarankan banget.
Soalnya, saham itu fluktuatif banget nilainya, terutama dalam waktu yang sebentar. Beli saham itu sama aja kayak beli bagian bisnis, dan pertumbuhan bisnis kan gak bisa dinilai dalam waktu singkat.
2. Investasi Jenis Jangka Menengah
Jadi begini, kalau ada orang punya target keuangan dalam waktu 3 sampai 10 tahun, itu bisa disebut investasi jangka menengah ya.
Misalnya, dalam lima tahun ke depan, Mas Budi harus bayar uang kuliah anaknya buat masuk universitas terkenal di Jakarta. Nah, pasti butuh duit yang gede buat biaya pendaftaran dan semester pertama kan.
Karena dana yang dibutuhinnya itu baru dalam waktu lebih dari lima tahun, Mas Budi bisa milih instrumen investasi yang risikonya sedikit lebih tinggi dari deposito atau reksadana pasar uang.
Misalnya reksadana pendapatan tetap (obligasi), obligasi swasta, atau reksadana campuran. Harapannya sih, biar hasilnya lebih tinggi.
Misalnya, dalam lima tahun ke depan, Mas Budi harus bayar uang kuliah anaknya buat masuk universitas terkenal di Jakarta. Nah, pasti butuh duit yang gede buat biaya pendaftaran dan semester pertama kan.
Karena dana yang dibutuhinnya itu baru dalam waktu lebih dari lima tahun, Mas Budi bisa milih instrumen investasi yang risikonya sedikit lebih tinggi dari deposito atau reksadana pasar uang.
Misalnya reksadana pendapatan tetap (obligasi), obligasi swasta, atau reksadana campuran. Harapannya sih, biar hasilnya lebih tinggi.
3. Investasi Jenis Jangka Panjang
Jadi gitu, kalau target investasinya lebih dari 10 tahun, artinya itu udah masuk kategori investasi jangka panjang nih.
Tujuan investasinya macem-macem, mulai dari biaya kuliah anak, ngadain pesta nikah anak, sampe nabung buat beli aset buat anak cucu atau dana pensiun.
Semakin lama jangka waktunya, semakin leluasa kita pilih instrumennya. Kita bisa milih instrumen dengan risiko rendah, sedang, atau tinggi, atau instrumen yang ga bisa diuangin cepet.
Ada beberapa pilihan instrumen buat investasi jangka panjang, misalnya investasi di logam mulia, reksadana saham, saham langsung, sampe properti.
Jadi, itu tadi yang harus kita pahami sebelum mulai investasi, ya. Penting banget buat tau jenis investasi, risikonya, sampe cara berinvestasi yang bener biar tujuan keuangan kita bisa kesampaian.
Tujuan investasinya macem-macem, mulai dari biaya kuliah anak, ngadain pesta nikah anak, sampe nabung buat beli aset buat anak cucu atau dana pensiun.
Semakin lama jangka waktunya, semakin leluasa kita pilih instrumennya. Kita bisa milih instrumen dengan risiko rendah, sedang, atau tinggi, atau instrumen yang ga bisa diuangin cepet.
Ada beberapa pilihan instrumen buat investasi jangka panjang, misalnya investasi di logam mulia, reksadana saham, saham langsung, sampe properti.
Jadi, itu tadi yang harus kita pahami sebelum mulai investasi, ya. Penting banget buat tau jenis investasi, risikonya, sampe cara berinvestasi yang bener biar tujuan keuangan kita bisa kesampaian.